Novita Sari 16.i1.0029
Sr. fransisca Dwi
Wijayanti PMY 16.i1.0164
Mitziko Michaela 16.i1.0165
Rosemarie Aldina 16.i1.0169
Fanny Margareta H 16.I1.0183
Deskripsi Jahe
Klasifikasi Ilmiah
Divisi :
Spermatophyta.
Sub-divisi :
Angiospermae.
Kelas :
Monocotyledoneae.
Ordo : Zingiberales.
Famili :
Zingiberaceae.
Genus : Zingiber.
Species :聽Zingiber officinale
Jahe atau Zingiber officinale, adalah tanaman rimpang
yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk
jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan
senyawa keton bernama zingeron.
Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau
jahe badak : Rimpangnya lebih besar & gemuk, ruas rimpangnya lebih
menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik
saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe
olahan.
Karakteristik Jahe
Jahe yang baru dipanen dan
belum menerima perlakuan pengolahan memiliki flavor yang lebih kuat disbanding
jahe yang telah diolah. Rizoma jahe yang baru tebentuk mengandung serat yang
rendah tetapi kaya akan aroma yang tajam dan pedas, minyak serta protein.
Perkembangan yang lebih lanjut pada jahe akan menyebabkan kenaikan serat kasar
dan penurunan kadar protein dan lemak secara bertahap (K. V. Peter, 2001).
Kandungan kimia pada rimpang jahe terbagi menjadi dua,
yaitu volatile oil dan non-volatile oil. Volatile oil disebut juga minyak atsiri adalah komponen yang
menimbulkan aroma khusus pada jahe. Sedangkan non-volatile oil atau biasa
disebut oleoresin berperan dalam memberikan rasa pedas dan pahit. Pada jahe
gajah kandungan oleoresin tidak begitu tinggi sehingga rasa pedas tidak begitu
terasa.
Komponen
utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan
zingeberol. Zingiberen (C15H24) adalah komponen volatile yang paling banyak terkandung
di jahe merupakan golongan hidrokarbon. Zingiberol (C15H26O)
merupakan golongan alcohol (Koswara, 1995). Kedua komponen ini bermanfaat
sebagai antiseptic dan fungisidal. Sedangkan komponen oleoresin pada jahe
berupa gingerols, shogaols zingerone memberikan rasa pedas, panas dan sepat
(Kulka, 1967). Komponen ini bersifat antiseptic, antiinflamasi dan dapat
digunakan sebagai obat. Gingerol berperan sebagai antioksidan alami yang dapat
mencegah autooksidasi pada asam linoleat (K. V. Peter, 2001). Pada jahe tedapat komponen pewarna alami
berwarna kuning yang disebut flavanoid. Aroma dan flavor dari jahe segar akan
berbeda dari jahe yang telah dikeringkan. Hal ini karena beberapa komponen
minyak atsiri dari jahe akan menguap selama proses pengeringan
STANDAR MUTU
JAHE
A. SYARAT UMUM MUTU JAHE
1. Kesegaran jahe: segar
2. Rimpang bertunas: tidak ada
3. Kenampakan irisan melintang: cerah
4. Bentuk rimpang: utuh
5. Serangga hidup: bebas
Keterangan:
Kesegaran:
Jahe dinyatakan segar apabila kulit jahe tampak halus, mengkilat dan tidak keriput
Bentuk rimpang: Rimpang jahe segar dinyatakan utuh bila cabang-cabang
dari rimpang jahe tidak ada yang patah, dengan maksimum 2 penampang patah pada
pangkalnya
Rimpang bertunas: Jahe segar dinyatakan mempunyai rimpang bertunas apabila
salah satu atau beberapa ujung dari rimpang telah bertunas
Kenampakan irisan: Jahe segar bila diiris melintang pada salah satu
rimpangnya maka penampangnya berwarna cerah khas jahe segar
B. STANDAR MUTU JAHE UNTUK EKSPOR
C. STANDAR MUTU KHUSUS JAHE SEGAR UNTUK BAHAN BAKU OBAT
Perubahan Kualitas Jahe Pasca
Panen
Penanganan
Rimpang Jahe Pasca Panen
Tahap-tahap
penanganan rimpang jahe setelah panen adalah sebagai berikut :
1. Sortasi
Rimpang Jahe Segar
Rimpang
jahe segar yang baru saja dipanen secepatnya dilakukan penyortiran supaya
mutunya tetap terjaga. Tanah/kotoran, gulma yang menempel pada rimpang langsung
dibersihkan. Demikian juga bahan yang busuk dengan yang sehat harus segera
dipisahkan. Tujuan sortasi adalah untuk mengurangi jumlah kotoran yang ikut
terbawa dalam rimpang jahe, mencegah kerusakan permukaan kulit serta
mempermudah pencucian.
2.
Pencucian Rimpang Jahe
Pencucian
terhadap rimpang Jahe segera dilakukan setelah selesai penyortiran, dimaksudkan
untuk mencegah kontaminasi serta pembusukan yang dapat mempengaruhi mutu
rimpang. Sumber air untuk mencuci rimpang diharapkan berasal dari mata air,
sumur ataupun PAM. Penggunaan air sungai tidak dianjurkan untuk menghindari
terkontaminasi baik oleh bakteri E.coli ataupun patogen.
Cara
pencucian dapat dilakukan dengan penyemprotan bertekanan tinggi dan dibantu
dengan sikat yang terbuat dari plastik. Rimpang jahe dapat juga
dicuci/dibersihkan dengan menggunakan alat pembersih rimpang jahe.
3.
Penirisan/pengeringan
Rimpang
yang sudah dicuci bersih kemudian ditiriskan menggunakan rak pengering dan
ditempatkan dalam lapisan yang tipis. Alat pengering yang digunakan terbuat
dari kawat yang berlubang untuk mempermudah sirkulasi udara, rimpang
dibolak-balik secara periodik untuk memastikan keseragaman pengeringan serta
mencegah fermentasi . Rak pengering harus bersih, tidak berkarat dan tidak bereaksi
dengan rimpang yang dijemur serta ditempatkan pada tempat yang terlindung dari
sinar matahari langsung. Pengeringan cukup dengan cara diangin-anginkan dan
dilakukan sampai airnya tiris atau sekitar 4-6 hari.
4. Grading
Rimpang Jahe
Rimpang
yang telah dicuci bersih dan sudah ditiriskan dipisahkan sesuai dengan ukuran
atau grade serta tujuan penggunaan. Untuk dipasarkan grading disesuaikan dengan
mutu/kualitas permintaan atau standar perdagangan. Jenis jahe yang paling
banyak dibutuhkan untuk pasaran dunia adalah jahe gajah.
Jepang
memberikan persyaratan berat ± 150 g/rimpang, Perancis ± 300 g/rimpang dan Arab
± 120 g/rimpang.
Sedangkan
berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar kategorinya adalah
sebagai berikut:
a. Mutu I: bobot 250 g/rimpang, kulit
tidak terkelupas, tidak terdapat benda asing dan pengotor dan tidak berjamur
b. Mutu II: bobot 150-249 g/rimpang, kulit
tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur
c. Mutu III: bobot bobot dibawah 150
g/rimpang atau sesuai hasil analisi, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda
asing maksimum 35 dan kapang maksimum 10%
5.
Pengemasan Rimpang Jahe
Bahan
baku yang kering dan sudah disortir sesuai mutu grade dapat dikemas dengan
menggunakan jala plastik ataupun peti yang terbuat dari kayu yang dilapisi
dengan kertas ataupun kemasan sesuai dengan kesepakatan eksportir/pembeli. Hal
ini untuk menjaga kerusakan baik selama pengangkutan kepasar ataupun selama
penyimpanan.
6.
Penyimpanan Rimpang Jahe Segar
Rimpang
sudah dikemas dapat disimpan sebelum diolah lebih lanjut. Ruang tempat
penyimpanan harus bersih bila perlu dilakukan fumigasi terlebih dahulu untuk
membasmi hama/ serangga perusak rimpang. Selain itu sirkulasi udara melaui
ventilasi cukup baik, kelembaban udara rendah (65%), cahaya cukup (suhu gudang
penyimpanan maksimal 30ºC) dan tidak bocor.
Hasil pengamatan perubahan
kualitas jahe selama penyimpanan
pada suhu ruang
Hari pertama
beberapa hari
Pengolahan Rimpang Jahe
Sebelum
di gunakan pada industri makanan ataupun farmasi rimpang jahe dapat di olah
menjadi beberapa olahan, dengan tujuan untuk mempertahankan mutu sewaktu dalam
penyimpanan jangka panjang. Beberapa olahan rimpang jahe yaitu antara lain :
1. Simplisia Rimpang Jahe
Simplisia
adalah bahan alami yang digunakan sebagai bahan baku obat yang belum mengalami
pengolahan tetapi sudah dikeringkan (Ditjen POM 1982). Jenis olahan tersebut
merupakan bentuk produk yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku
industri obat tradisonal. Rimpang jahe dapat diolah menjadi bentuk simplisia
yaitu dengan cara merajangnya terlebih dahulu kemudian dikeringkan.
Mutu/kualitas simplisia dipengaruhi oleh teknik perajangan, ketebalan
perajangan dan teknik penjemuran.
2. Minyak Atsiri Jahe
Minyak
atsiri terdiri atas campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi titik
didih yang berbeda. Kadar minyak atsiri dipengaruhi oleh teknik penyulingan dan
kadar air dari bahan yang disuling. Minyak atsiri jahe dapat diperoleh dengan
cara menyuling simplisia jahe yang sudah diserbuk dengan metode penyulingan uap
air/kukus. Selain dalam bentuk simplisia, rimpang jahe dalam bentuk segar juga
dapat disuling tetapi sebelumnya rimpang dirajang atau dihancurkan terlebih
dahulu. Untuk jahe segar sebaiknya disuling dengan metode uap langsung (tekanan
2,5 atm dalam ketel uap), dengan lama penyulingan antara 4-8 jam dan rendemen
minyaknya 1,5-3,8%.
3. Bubuk Jahe
Bubuk
jahe merupakan hasil pengolahan lanjutan dari simplisia yang diperoleh melalui
proses penepungan. Simplisia yang digunakan sebagai bahan baku serbuk
mengandung kadar air 8-10%. Ukuran serbuk disesuaikan dengan kebutuhan/keperluan.
Untuk bumbu masak, seperti bumbu kari ukuran partikelnya 50-60 mesh, untuk
kepentingan ekstraksi 40-60 mesh.
4. Oleoresin
Oleoresin
merupakan hasil pengolahan lanjutan dari bubuk/serbuk berupa campuran resin dan
minyak atsiri yang diperoleh dengan cara ekstraksi..Mutu ekstrak dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu kehalusan bahan, jenis pelarut, konsentrasi pelarut,
perbandingan jumlah bahan dengan pelarut dan lama ekstraksi. Teknik ekstraksi
jahe yang optimal adalah menggunakan serbuk jahe berukuran 60 mesh, lama
ekstraksi 6 jam dihasilkan rendemen ekstrak kental/oleoresin ± 6 % dengan kadar
total fenol sebesar 9,08%
5. Jahe Segar
Jahe segar merupakan jahe yang baru
dipanen dan belum mengalami perubahan struktur maupun bentuknya. Setelah jahe
dipanen dan dicuci dengan air penyemprot yang bertekanan, kemudian dihamparkan
dan dikering anginkan pada hamparan dengan sirkulasi udara. Bila ditinjau dari
segi umur dapat dikelompokkan atas dua macam jahe segar yaitu jahe segar tua
dan jahe segar muda. Jahe segar yang baru dipanen dengan garpu atau cangkul dan
tidak merusak rimpang kemudian diangkut dengan peti kayu atau keranjang bambu
ketempat pencucian sambil dijaga kelembabannya. Sampai ditempat pencucian jahe
disemprot dengan bertekanan tinggi dengan tujuan membersihkan tanah yang
menempel pada rimpang jahe tersebut, kemudian dikeringkan. Setelah kering jahe siap dikirim ketempat
tujuan dengan kemasan kardus dan diberi serasah penahan gesekan. Suhu kemasan
perlu dijaga sekitar 27-C dengan kelembaban 10 – 25 %. Untuk ekspor kualitas
yang dikehendaki adalah jahe rimpang gemuk dengan berat minimum 200 gram.
Jahe segar digolongkan kedalam 3 (tiga)
jenis mutu, yaitu mutu I, II dan III, dengan syarat umum seperti uraian pada
tabel berikut ini
Daftar Pustaka
Gimo Wiyanto,dkk. 2014. Panen
Rupiah dari Ladang Jahe. Bhafana Publishing.
https://www.academia.edu/4613548/PENGOLAHAN_JAHESyarat_Mutu_Jahe_Kering_Sesuai_SNI_01-3393-1994_KARAKTERISTIK_SYARAT_MUTU_CARA_PENGUJIAN
www.kadin-indonesia.or.id/id/doc/UKM_Teknologi_Jahe.pdf
rempahnegriku.blogspot.com/2016/01/budidaya-dan-manfaat-jahe-gajah.html