Angelica Ratna 16.I1.0016
Cindy Shania Wijaya 16.I1.0025
Hosana Shintya 16.I1.0034
Josephine Claretta 16.I1.0035
Gula kelapa adalah gula yang dihasilkan dari
penguapan nira pohon kelapa (Cocos
nucifera Linn). Gula kelapa atau dalam perdagangan dikenal dengan istilah “gula
jawa”,”gula nira” atau “gula merah”. Gula kelapa ini biasanya dijual dalam
bentuk setengah mangkok atau setengah elip. Bentuk demikian ini dihasilkan dari
cetakan yang digunakan berupa setengah tempurung kelapa (Jawa: bathok). Namun ada juga yang dicetak
menggunakan cetakan dari bamboo, sehingga bentunya bulat silindris. Produksi
gula kelapa di Indonesia relative lebih kecil bila dibandingkan dengan
kebutuhan gula secara nasional. Produk gula kelapa di daerah penghasil kelapa
pada umumnya memiliki kualitas yang baik. Namun, ada beberapa produsen gula
kelapa yang menginginkan keuntungan besar, tetapi mengabaikan kualitas atau
mutu produk dengan cara mencampurkan tambahan bahan lain seperti gula tebu,
ketela rambat, dan bahan-bahan lainnya.
Gambar 1. Gula Kelapa
Dilihat dari kadar zat gizi, gula kelapa
cukup kaya karbohidrat dan unsur protein serta minelar lainnya. Komposisi zat
gizi gula kelapa per 100 gram dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Gula Kelapa per 100 gram
Sumber: Direktorat Gizi, 1979 (dalam Soetanto, 1998)
Masyarakat, khusunya masyarakat Jawa masih
banyak yang menggunakan gula kelapa sebagai bagian untuk bumbu masak, karena
memiliki aroma dan rasa yang khas caramel palma. Disamping itu, gula kelapa
juga digunakan untuk beberapa keperluan, misalnya untuk pemanis minuman, bahan
pembuatan kecap, bahan pembuatan dodol, bahan pembuatan kue-kue dan bahan
penyedap makanan. Sehingga,
sesungguhnya gula kelapa merupakan salah satu unsur dari 9 bahan pokok. Jika
dirinci, konsumem lokal gula kelapa adalah sebagai berikut:
·
Rumah tangga: bumbu masakan dan pemanis makanan
ringan
·
Pengolahan makanan: angling, putu, bugis, noga,
rujak, lotek, dendeng, abon, es cendok, emping manis, bubur kacang ijo dan
pemanis beberapa macam makanan dari beras ketan, singkong dan tepung beras
(cucur, serabi, misro dan sebagainya)
·
Industrial user: pabrik kecap, pabrik dodol,
gula kristal (pemanis roti tawar) dan pabrik beberapa jenis roti
Penggunaan gula kelapa tersebut tidak dapat
diganti dengan gula lainnya. Andaikan diganti pun, produk yang dihasilkan akan
kehilangan aroma dan rasa khas.
Kelapa dengan nama latin Cocos nucifera L., merupakan salah satu jenis palem yang banyak
tersebar didaerah tropis terutama di daerah dekat pantai. Tanaman kelapa
membutuhkan lingkungan hidup yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksinya.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi yaitu sinar matahari, temperature, curah
hujan, kelembapan dan tanah. Kelapa merupakan salah satu anggota keluarga Palmae, yang dikenal juga sebagai
tanaman serba guna karena seluruh bagian tanaman kelapa bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Pada pembuatan
gula kelapa, bahan utama yang digunakan adalah bagian bunga. Mayang kelapa yang
belum mekar dapat disadap untuk menghasilkan nira kelapa. Nira ini bermanfaat
untuk berbagai produk antara lain gula kelapa, asam cuka, nata de coco dan lain-lain.
Gambar 2. Pohon Kelapa
Nira merupakan cairan bening yang terdapat
di dalam mayang kelapa yang pucuknya belum membuka. Nira ini didapatkan dengan
cara penyadapan atau penderesan. Satu
buah mayang dapat disadap selama 10-35 hari tergantung kondisi pohon kelapa,
namun produksi optimalnya hanya selama 15 hari. Hasil yang diperoleh sekitar
0,5-1 liter nira setiap mayang, atau sekitar 2-4 liter nira per pohon setiap
harinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya nira yang diperoleh
yaitu:
·
Iklim. Penyadapan yang dilakukan pada musim
penghujan akan mendapatkan nira lebih banya daripada penydapan pada musim
kemarau.
·
Umur tanaman. Penyadapan mayang dari pohon
kelapa yang muda akan didapatkan nira yang lebih banya daripada pohon kelapa
tua.
·
Kemampuan menyadap
·
Frekuensi penyadapan
Nira merupakan bahan baku dalam pembuatan
gula kelapa. Komposisi nira kelapa segar dapat dilihat dalam Tabel 2.
Proses
pembuatan gula kelapa melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Penyadapan
Pohon kelapa dapat disadap bila sudah memiliki 3 tandan bunga yang belum
mekar. Sebelum disadap, tanaman kelapa dibersihkan dari pelepah dan tapas
kering, serta tandan bunga yang telah mekar. Pembersihan berfungsi untuk
memudahkan penyadapan. Berikut cara melakukan penyadapan.
· Pertama, kelopak bunga (mancung) dibuka.
Kemudian diirisi membujur dan melintang lalu dilepas perlahan-lahan.
· Kedua, tandan bunga diikat dibeberapa
bagian dengan daun kelapa muda yang telah dilayukan dengan air panas lalu bunga
dirundukan.
· Ketiga, pagi hari ujung tandan diiris
dengan pisau sadap sekitar 5 cm ke arah bawah dan sore hari ujung tandan diiris
lagi setebal kurang lebih 0.4 cm.
Tetesan
nira mulai deras pada keesokan harinya, dan pada saat itu juga dapat dipasang
wadah penampung nira yang sebelumnya dimasukkan air kapur dan galih kayu nangka
(Laru). Laru berfungsi untuk mengawetkan nira supaya tidak masam karena
nira yang masam sulit menjadi padat. Banyaknya laru yang digunakan tergantung
kapasitas wadah.
Gambar 3. Penyadapan
2. Pembuatan Gula Kelapa
Proses pembuatan gula kelapa melalui tahap-tahap sebagai berikut:
· Nira diendapkan larunya kemudian disaring
· Masukkan nira bersih dalam wajan dan masak
di atas tungku dengan panas yang rata sekitar 1 jam
· Ketika mendidih, nira berbuih dan tampak
campur dengan kotoran halus. Buih dan kotoran dibuang. Selama pemasakan nira terus
diaduk untuk mengurangi buih dan meratakan panas
· Jika selama pemasakan, buih yang muncul
banyak, maka ditambahkan kelapa parut, minyak kelapa atau kemiri yang
dihaluskan. Selain itu dapat juga menggunakan anyaman yang terbuat dari bambu
dan diletakan di tengah wajan.
Pemasakan dihentikan bila nira telah kental dan meletup-letup, kemudian
nira diteteskan ke dalam air sehingga nira akan memadat. Turunkan wajan dari
atas tungku sambil diaduk terus. Setelah beberapa saat, panas adonan akan
berkurang dan dapat dituang ke dalam cetakan.
Yang
penting diketahui bahwa, nira kelapa mudah mengalami fermentasi, karena ragi
liar yang amat aktif. Bila nira terlambat dimasak, biasanya warnanya berubah
menjadi keruh dan kekuningan, rasanya
masam dan baunya menyengat. Hal ini disebabkan pemecahan sukrosa menjadi gula
reduksi. Adapun proses perubahan tersebut sebagai berikut:
Perubahan
dari sukrosa sampai alkohol terlibat kegiatan ragi, selanjutnya dari alkohol ke
asam asetat terlibat kegiatan bakteri dan hasilnya berupa cuka berasa masam.
Proses perubahan tersebut karena rendahnya derajat keasaman (pH) nira. Pada pH
rendah dapat merangsang pertumbuhan sel yeast dan bakteri pembentuk asam
asetat. Sehingga komponen sukrosa berubah menjadi alkohol dan asam asetat.
Dengan berkurangnya sukrosa ini, gula yang didapatkan bersifat higroskopis dan
cepat meleleh. Biasanya pengerajin gula kelapa menambahkan air kapur yang
dicampur getah manggis kedalam nira sebagai penyangga (buffer) sehingga pH tetap. Sementara ini ada juga yang menambahkan
natrium benzoat dan asam benzoat sebagai pengawet sehingga warna gula kelapa
selama penyimpanan tidak menjadi gelap.
3. Pencetakan Gula
Cetakan yang
digunakan biasanya menggunakan potongan bambu atau tempurung kelapa. Adonan nira yang sudah berkurang panasnya tadi, dituang ke cetakan yang telah dibahasi
air. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan keluarnya gula dari cetakan.
Pencetakan memerluhkan waktu selama 15 menit.
Gambar 5. Proses Pencetakan Gula Kelapa
Standar
mutu gula kelapa ditentukan oleh pemerintah dengan kode standart SII 0268-85
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Standar Mutu Gula Kelapa
Sifat
gula kelapa yang mudah menarik air (higroskopis) sehingga gula kelapa cepat
menjadi lembek, oleh karena itu bahan pengemas memegang peranan penting. Selama
ini masih banyak pengerajin gula kelapa menggunakan pengemas dari daun pisang
kering (Jawa: klaras). Ternyata
setelah dilakukan pengujian oleh Fakultas Teknologi Pertanian UGM, bahan
pengemas klaras yang memiliki flavor
tertentu berpengaruh terhadap flavor gula kelapa selama penyimpanan. Oleh
karena itu, dianjurkan sebagai bahan pengemasan menggunakan plastik, disamping
itu mampu memperpanjang masa simpan dan nampak lebih baik, juga tidak
berpengaruh terhadap flavor gula. Berdasarkan penelitian dari Fakultas
Teknologi Pertanian UGM, penyimpanan gula kelapa sampai dengan 30 hari bila:
· Tanpa pengemas rata-rata kenaikan kadar
air 0.76% per minggu
· Dengan pengemas klaras kadar air naik 0.57% per minggu
· Dengan pengemas plastik kadar air naik
hanya 0.21% per minggu
Gula kelapa cetakan yang dijual dipasar
memiliki beberapa kelemahan diantaranya
umur simpan yang tidak lama hanya sekitar 2-4 minggu, belum adanya
pengemasan yang baik serta kurang praktis dalam penyajian (Zuliana dkk, 2016).
Gula kelapa cetakan memiliki kadar air sekitar 9-11% (Soetanto, 1998). Oleh
karena itu, perubahan bentuk gula kelapa dari cetak menjadi butiran atau lebih
dikenal dengan sebutan gula semut, menjadi salah satu alternative produk yang
membuat gula kelapa memiliki umur simpan yang lebih panjang dan kemudahan dalam
penyajian. Gula semut memiliki kadar air sekitar 2,5-3% dengan umur simpan
mencapai 5-7 bulan (Soetanto, 1998). Bahan baku untuk pembuatan gula semut
adalah gula kelapa biasa dan pada dasarnya pembuatan gula semut adalah mengubah
senyawa gula yang terlarut menjadi gula padat dalam bentuk kristal atau serbuk.
Berikut proses pembuatan gula semut:
1.
Persiapan Bahan
Gula kelapa yang akan dibuat menjadi gula
semut harus memilki kualitas yang baik, artinya gula kelapa tersebut murni
terbuat dari nira kelapa tanpa campuran bahan lain seperti ketela dan
lain-lainnya. Gula kelapa tersebut dipotong kecil-kecil, kemudian dilarutkan ke
dalam air dengan perbandingan 2:1. Larutan gula kelapa yang diperoleh disaring
dengan kain saring, sehingga diperoleh larutan gula kelapa yang bersih. Larutan
gula yang telah bersih tersebut ditambahkan gula pasir sebanyak 15%, kemudian
dipanaskan pada suhu 110ºC
sambil diasuk-aduk agar merata. Karena terjadi penguapan air, maka larutan gula
tersebut akan menjadi pekat dan konsentrasi gulanya meningkat. Pemanasan
ditingkatkan sampai konsentrasi gula mencapai kondisi jenuh, yaitu pada saat
konsentrasi larutan gula berubah dari fase cair ke fase padat. Untuk mengetahui
bahwa pemasakan telah jenuh, perlu dilakukan pengujian dengan cara mengambil
sedikit gula yang dimasak dan diteteskan ke dalam gelas yang berisi air bersih.
Apabila terjadi pembekuan dalam air, berarti pemasakan telah jenuh dan awajn
diturunkan dari tungku api.
Gambar 7. Proses Pengadukan Gula Kelapa
2.
Kristalisasi
Apabila pemasakan larutan gula telah mencapai
titik jenuh, wajan diturunkan dari tungku api sambil diaduk kuat-kuat.
Selanjutnya dilakukan kristalisasi dengan cara diberi inti kristal dari luar.
Inti kristal dapat diperoleh dengan cara mengosok-gosok pinggir wajan memakai
pengaduk kayu hingga dihasilkan gula padat berbentuk kristal. Kristal-kristal
gula yang dihasilkan melalui pengadukan tersebut belum tentu sempurna. Untuk
menyempurnakan kristal gula, perlu dilakukan “pengguseran” dengan alat guser
yang terbuat dari tempurung kelapa yang bersih (telah dikerok). Pengguseran
dilakukan sampai mengahasilkan kristal gula kelapa yang sempurna.
Gambar 8. Gula Kelapa Diguser Dengan Tempurung Kelapa
3.
Penyaringan atau Pengayakan
Gula kelapa yang telah berbentuk kristal
dipindahkan dalam suatu wadah, misalnya nampan dan dibiarkan sampai dingin.
Setelah kristal gula kelapa tersebut dingin, selanjutnya dilakukan penyaringan
atau pengayakan sehingga diperoleh kristal-kristal gula kelapa yang sama
besarnya. Kristal-kristal gula kelapa yang besar-besar, digerus kembali
sehingga dihasilkan kristal yang lebih kecil, kemudian disaring atau diayak
lagi.
4.
Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk memperoleh gula
semut dengan kualitas tinggi. Pengeringan dilakukan dengan dijemur dibawah
panas matahari. Pengeringan dilakukan selama 1 hari jika matahari berinar
penuh. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan oven, terutama jika pada musim
penghujan.
Gambar 10. Gula Kelapa Dikeringkan Dibawah Sinar Matahari
Dalam memproduksi gula semut, juga terdapat
syarat mutu yang harus dipenuhi. Standarisasi mutu gula semut dapat dilihat
dalam Tabel 4.
Dalam
memilih gula kelapa yang berkualitas baik, perlu memperhatikan beberapa
ciri-ciri. Ciri pertama yaitu memperhatikan teksture gula kelapa. Tekstur gula
kelapa yang baik yaitu padat, tidak ada retakan maupun rongga dan tidak
meleleh. Teksture padat berarti gula kelapa tidak mudah dipatahkan. Gula kelapa
yang baik berbentuk utuh, tidak ada retakan. Ciri kedua adalah gula kelapa
memiliki warna yang terang. Gula kelapa yang tidak baik memiliki gula warna
lebih pekat.
DAFTAR PUSTAKA
Palungkun, Rony. (1996). Aneka Produk Olahan Kelapa.
PT Penebar Swadaya. Jakarta
Santosa, Hieronymus Budi. (1993).
Pembuatan Gula Kelapa. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Soetanto, Edy. (1998). Membuat Gula Kelapa Kristal.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Zuliana, Crysse; Endrika Widyastuti;
Wahono Hadi Susanto. (2016). Jurnal Pangan dan Agroindustri. Pembuatan Gula Semut (Kajian pH Gula Semut
dan Konsentrasi Natrium Bikarbonat). Vol: 4 No 1. P 109-119.
saya Gregorius Nico Adi Setiawan 16.I1.0196, ingin bertanya:
BalasHapus- Apabila untuk memperoleh gula semut dengan kualitas yang baik dibutuhkan nira tanpa adanya campuran apapun, lalu bagaimana dengan air kapur dan laru yang ditambahkan untuk menjaga buffer dan mencegah adanya fermentasi oleh ragi liar pada saat dilakukan penderesan nira kelapa? apakah nantinya bahan untuk pembuatan gula semut menggunakan nira yang tidak diberi air kapur maupun laru?
- bagaimana penyimpanan gula kelapa dan gula semut yang benar? apakah sebaiknya di dalam kulkas atau dibiarkan diluar pada suhu ruang?
Terimakasih :)
Saya Hosana Shintya 16.I1.0034 berusaha menjawab pertanyaan yg diajukan.
Hapus- Nira yang baik adalah nira yang tidak dicampur dengan bahan lain. Bahan lain disini adalah seperti ketela rambat, gula tebu dan lain-lain. Tujuan dari pencampuran bahan-bahan tersebut adalah untuk mendapatkan gula kelapa yang banyak dengan jumlah nira yang sedikit. Akibat dari pencampuran dari bahan-bahan tersebut adalah kualitas dan mutu produk menurun. Sedangkan campuran laru (air kapur) memang dibutuhkan dalam hal ini untuk menghambat feremntasi oleh ragi liar. Toh pada akhirnya laru akan diendapkan dan dibuang sebelum nira dimasak. Pada pembuatan gula semut, tetap digunakan laru untuk menjaga kualitas nira
- Penyimpanan gula kelapa (balokan) yang baik adalah dengan menggunakan kemasan plastik. Seperti pengujian yang dilakukan oleh Fakultas Teknologi Pertanian UGM, gula kelapa yang dikemas dengan plastik hanya mengalami kenaikan kadar air 0.21% per minggu. Menurut Soetanto (1998), gula semut dikemas dalam kantong plastik atau kantong kertas yang kuat dengan ukuran atau volume tertentu. Pengemasan harus memperhatikan sifat bahan yang akan dikemas, baik sifat fisik maupun sifat kimianya, agar tidak mempengaruhi aroma dan umur simpannya lebih lama. Untuk penyimpanan disuhu ruang atau didalam lemari pendingin adalah pilihan konsumen. Menurut Zuliana dkk (2016), jika gula kelapa disimpan pada suhu ruang, sudah bisa mencapai umur simpan sekitar 2-4 minggu. Jika disimpan dalam lemari pendingin, umur simpan bisa menjadi lebih panjang karena gula kelapa mengalami dehidrasi sehingga kadar air lebih rendah
Sekian, terima kasih 👍
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSaya Sr. Fransisca Dwi Wijayanti PMY (16.I1.0164) ingin bertanya, mengapa penyadapan nira pada pohon kelapa yang masih muda hasilnya lebih banyak dibanding pohon kelapa yang sudah tua?
BalasHapusmengapa anyaman bambu pada pengolahan nira dapat mengurangi buih?
Terima kasih
Saya Hosana Shintya 16.I1.0034 mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan
Hapus- Menurut Santosa (1993), penyadapan mayang dari pohon kelapa muda akan didapatkan nira yang lebih banyak daripada pohon kelapa tua, dikarenakan adanya perbedaan proses pertumbuhan tanaman
- Menurut Tri Yanto dan Rifda Naufalin (2012), penggunaan anyaman dapat menurunkan buih karena anyaman membuat buih teralokasikan ke dalam anyaman dan menurunkan jumlah nira di luar anyaman
Sekin, terima kasih 👍
Saya Monica Rossy(16.I1.0073) kenapa gula semut lebih penyimpanannya lebih lama dari gula kepala biasa?
BalasHapusSaya Hosana Shintya 16.I1.0034 mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan
HapusGula kelapa biasa memiliki kadar air sekitar 9-11% sedangkan gula semut memikiki kaar air sekitar 2.5-3%, sehingga umur penyimpanan gula semut lebih lama karena kadar airnya lebih sedikit daripada gula kelapa biasa.
Sekian, terima kasih 👍
Saya Eleonora Pradnya (16.I1.0089) ingin bertanya apakah aman penambahan natrium benzoat terhadap proses pembuatan gula kelapa?
BalasHapusTerima kasih
Saya Hosana Shintya 16.I1.0034 mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan
HapusAman jika digunakan pada dosis standar yang telah ditentukan.
Sekian, terima kasih 👍
Saya Ellen A.N 16.I2.0044 ingin bertanya bagaimana cara membedakan gula kelapa yang layak pakai dengan gula kelapa yang sudah tidak layak pakai ? Terima kasih :)
BalasHapus